Veneration of Image
Penghormatan kepada gambar (ikonodulia) sebenarnya sudah ada sejak Zaman Apostolik, namun pada abad-abad awal umat Kristiani masih berhati-hati terhadap penghormatan gambar. Barulah di abad ke-4 ikonodulia mulai berkembang dan mulai dipandang sebagai penghormatan simbolis terhadap Inkarnasi Tuhan kita.
Selama berabad-abad umat Kristiani menghormati gambar-gambar kudus dari Tuhan kita, Bunda Allah, dan para malaikat dan orang kudus tanpa prasangka buruk, sampai di abad ke-8 dimana Kaisar Byzantin Leo III yang karena alasan politik yang berkedok religius menyatakan bahwa ikonodulia adalah penyembahan berhala, banyak gambar Tuhan dan orang kudus yang dihancurkan (ikonoklasme).
Perihal ikonoklasme dan ikonodulia ini kemudian diselesaikan di Konsili Nicea II, dimana ikonodulia dibuktikan sebagai Tradisi Apostolik dan ikonoklasme adalah bidah/ajaran sesat.
DASAR ALKITABIAH
Allah membatasi pembuatan gambar di Perjanjian Lama karena umat Israel belum melihat rupa Allah (Ulangan 4:15-18).
Allah sejak dahulu mengizinkan pembuatan dan penghormatan gambar secara terbatas dan menggunakan materi dan sakramental sebagai sarana keselamatan kita (Keluaran 25:10-22; Bilangan 21:8; Bilangan 5:17; Yosua 7:6; 2 Raja-raja 5:17; 1 Raja-raja 6:29).
Di Perjanjian Baru Allah menampilkan rupaNya dalam wujud Yesus, Sang Gambar dan Rupa Allah yang tidak kelihatan (Kolose 1:15).
Inkarnasi Yesus menjadi manusia menggenapi aturan pembuatan gambar di Perjanjian Lama. Dan karena kita telah melihatNya dan kemuliaanNya (Yohanes 1:14), maka kita diizinkan menggambarkanNya, bahkan Ia sendiri yang memberikan gambarNya kepada kita (Yohanes 20:5-8; Kain Kafan Turin).
Tuhan kita sendiri yang mengajarkan konsep bahwa barangsiapa menghormati gambar, ia menghormati yang digambarkan atau yang ada dibalik gambar itu (Yohanes 13:20; Yohanes 5:23). Inilah yang dinamakan relative-veneration atau dulia-relatif.
Inkarnasi Kristus menjadi manusia menebus dan menguduskan materi, maka dari itu materi seperti benda-benda sakramental, gambaran dan relikui diperbolehkan untuk digunakan dalam peribadatan dan dapat menjadi instrumen keselamatan kita.DASAR MAGISTERIUM
Katekismus Gereja Katolik (KGK):
"Berkenaan dengan misteri penjelmaan Sabda menjadi manusia, maka konsili ekumene ketujuh di Nisea tahun 787 membela penghormatan kepada ikon [gambar], yang menampilkan Kristus atau juga Bunda Allah, para malaikat dan para kudus, melawan kelompok ikonoklas. Dengan penjelmaan menjadi manusia, Putera Allah membuka satu 'tata gambar' yang baru."
(KGK 2131)
“....'Penghormatan yang kita berikan kepada satu gambar menyangkut gambar asli di baliknya' (Basilius, Spir. 18,45), dan “siapa yang menghormati gambar, menghormati pribadi yang digambarkan di dalamnya” (Konsili Nisea 11: DS 601, Bdk.Konsili Trente: DS 1821-1825; SC 126; LG 67). Penghormatan yang kita berikan kepada gambar-gambar adalah satu 'penghormatan yang khidmat', bukan penyembahan; penyembahan hanya boleh diberikan kepada Allah. ..."
(KGK 2132)
"Penghormatan kepada gambar-gambar kudus berakar dalam misteri inkarnasi Sabda Allah. Ia tidak bertentangan dengan perintah pertama."
(KGK 2141)
Konsili Trente (abad 16):
"Begitu juga, bahwa para kudus, yang memerintah bersama Kristus, adalah untuk dihormati dan diserukan namanya, dan bahwa mereka mempersembahkan doa kepada Allah untuk kita, dan bahwa relikui mereka harus dihormati. Aku juga dengan teguh mengakui bahwa gambar atau patung dari Kristus, Bunda Allah yang tetap perawan dan para kudus lain hendaknya dijaga, dirawat dan dihormati."
(Pengakuan Iman Tridentine)
DASAR TRADISI:
Grafitto Alexamenos (abad 1) - ukiran ejekan dari orang-orang pagan Romawi tentang seorang Kristen, Alexamenos, digambarkan sedang menyembah Yesus yang tersalib. Para Bapa Gereja seperti Tertullianus (abad ke-2) mengatakan bahwa umat Kristen disebut sebagai "penyembah salib".
Katakomba-katakomba Kristen dari zaman Kekristenan Mula-mula dipenuhi gambar Yesus, Maria, dan orang-orang kudus, meskipun kita tidak tahu bagaimana mereka diperlakukan tapi cukup menjadi bukti bahwa mereka bukan ikonoklas atau anikonis.
Tradisi-tradisi yang mungkin sudah bercampur dengan legenda: Ikon-ikon Bunda Maria yang dilukis St. Lukas Penginjil, gambar Yesus di kerudung St. Veronika, gambar Yesus yang diberikan kepada Raja Abgar V dari Edessa (Mandylion of Edessa), patung dan pilar dari penampakan Bunda Maria dari Pillar kepada St. Yakobus Zebedeus Rasul. Hal-hal tersebut meskipun bercampur dengan legenda, bukan berarti tidak mengandung kebenaran.
Bidah Gnostik pada abad ke-2 melawan ikonodulia yang mungkin dilakukan umat Kristen yang ortodoks pada masa itu melalui kitab Gnostik Kisah Rasul Yohanes.
Inskripsi pada Gereja Kabar Gembira di Nazaret (abad ke-3):
"Salam Maria... Di tempat suci M(aria), aku menuliskan namanya dan menghormati gambarnya."
St. Basilius Agung (abad ke-4):
"Barangsiapa menghormati gambar, ia menghormati prototype/yang digambarkan di dalamnya."
(On the Holy Spirit, chapter 18, section 45)
St. Agustinus dari Hippo (abad ke-4):
"Tetapi tentang gambar dan patung, dan karya seni lainnya, yang adalah representasi, tidak ada yang salah, malah harus dikerjakan (dengan baik) oleh seniman berbakat, dan agar semua orang yang melihat dapat mengenali keserupaan dengan yang (orang) digambarkannya."
(On Christian Doctrine, Book II, chapter 25, section 39)
Diary of Egeria (abad ke-4) mendeskripsikan penghormatan salib Yesus di Yerusalem, yang juga disebutkan dalam hagiografi St. Maria dari Mesir.
Eusebius sang Bapa Sejarah Gereja (abad ke-4) menuliskan dalam "Sejarah Gereja"nya adanya penghormatan kepada patung Yesus dan St. Veronika di Kaesarea Filipi yang berasal dari abad pertama. Selain itu ia juga menulis tentang kisah Mandylion of Edessa.
Hagiografi St. Maria dari Mesir dan St. Alexis dari Roma (abad ke-4), yang juga berhubungan dengan penampakan Maria, menunjukkan adanya penghormatan ikon Bunda Maria di Edessa dan di Yerusalem pada masa itu.
Juga hagiografi Paus St. Gregorius Agung (abad ke-6), menunjukkan prosesi penghormatan ikon Perawan Maria demi permohonan kepada Tuhan agar epidemik di Roma berakhir. Hal ini diikuti dengan penampakan St. Mikhael Malaikat Agung, para malaikat, dan Perawan Maria, serta berakhirnya epidemik. Ikon Perawan Maria ini dipercaya dilukis oleh St. Lukas Penginjil.
Komentar
Posting Komentar